Faktor Determinan Perubahan Berat Badan ibu Postpartum
A.
Latar
Belakang Masalah
Perubahan
berat badan pada ibu postpartum
merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan menetapnya kelebihan berat
badan pada ibu setelah melahirkan, karena pada priode kehamilan terjadi
penambahan berat badan yang kemudian akan berkurang setelah bayi dilahirkan,
namun pada beberapa ibu kelebihan berat badan saat kehamilan tersebut menetap sehingga dapat menyebabkan terjadinya obesitas.
Meningkatnya berat badan yang
terjadi setelah melahirkan juga dapat
disebabkan oleh kelebihan gizi, karena pada saat seorang ibu diketahui hamil,
maka dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan lebih dari biasanya namun pada
beberapa ibu konsumsi makanan tersebut sangat berlebihan dari yang dibutuhkan
ibu dan janinnya, hal ini menjadi wajar karena ibu merasa perlu menjaga
kehamilannya dan melahirkan bayi yang sehat, sehingga pada beberapa ibu
kelebihan berat badan ini tidak menjadi masalah karena mereka beranggapan bayi
dalam kandungannya akan sehat jika berat badannya terus bertambah karena tidak
adanya pengetahuan mengenai penambahan berat badan yang normal bagi ibu hamil.
Menurut
Lowdermilk (2004), pertambahan bobot normal selama kehamilan sangat dipengaruhi
berat badan sebelum hamil yang akan mempengaruhi berapa banyak berat badan yang
akan bertambah, untuk wanita yang terlalu ringan 12,70 kg sampai 18,14 kg,
wanita dalam kondisi sehat kebutuhan berat badan normal dapat bertambah 11,33
kg sampai 15,87 kg, dan wanita yang kelebihan berat badan kebutuhan untuk
bertambah 6,80 kg sampai 8,16 kg. Secara normal wanita hamil berat badannya
akan meningkat 0,90 kg sampai 1,81 kg selama tiga bulan pertama kehamilan dan
0,45 kg setiap minggu setelah itu melalui diet yang sehat sesuai dengan pyramid
makanan.
Evaluasi
dan pemantauan berat badan ibu perlu dilakukan oleh ibu selama masa kehamilan
dan selama masa persalinan hal ini penting untuk mengetahui perubahan berat
badan dan besaran kalori yang sesuai dengan kebutuhan. Berat badan sebelum
hamil sangat penting dalam evaluasi dan pemantaun ini, karena menentukan apakah
perubahan yang terjadi setelah persalinan merupakan penurunan atau justru
peningkatan berat badan ibu.
Kepentingan
mendasar dari penelitian tentang pengaruh berat badan ibu postpartum ini
didasarkan pada konsekwensi yang akan terjadi berupa peningkatan berat badan
ibu yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya obesitas yang kemudian memicu
munculnya penyakit-penyakit degeratif seperti Diabetes Militus, hipertensi,
kardiovaskuler., Barbara Abrams, 2005 Kurniali, Abikusno,2007.
Farmingham
study (2007) melaporkan risiko terjadinya hipertensi sebesar 65% pada wanita
dan 78% pada laki-laki berhubungan langsung dengan obesitas dan kelebihan berat
badan. Mekanisme penyebab utama terjadinya hipertensi pada obesitas diduga
berhubungan dengan kenaikan volume tubuh, peningkatan curah jantung, dan
menurunnya resistensi vaskuler sistemik.
Berdasarkan
estimasi WHO, faktor obesitas dan kurangnya aktifitas fisik menyumbang 30%
resiko terjadi kanker. Berdasarkan penelitian terdapat hubungan antara kanker
dengan berat badan berlebih, diet tidak sehat, dan kurang aktifitas fisik.
Dalam 10 tahun terakhir angka prevalensi obesitas diseluruh dunia menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Saat ini 1,6 milyar orang dewasa diseluruh dunia
mengalami berat badan lebih (overweight)
dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015
diperkirakan 2,3 milyar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta diantaranya mengalami obesitas.
Prevalensi
overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di Kawasan
Asia Pasifik, sebagai contoh 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obesitas.
Di Thailand 16% penduduknya mengalami overweight
dan 4% mengalami obesitas. Didaerah perkotaan Cina prevalensi overweight adalah 12% pada laki-laki dan
14,4% pada perempuan, sedang didaerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3%
dan 9,8% .,Katie et al (2010). Di Inggris jumlah wanita yang mengalami obesitas
paling banyak dibandingkan negara lain di Eropa, menurut data Uni Eropa data
perwakilan Eurostat yang meneliti di 19 negara menemukan hampir seperempat
perempuan Inggris atau 23,9% tercatat mengalami obesitas pada tahun 2008-2009,
sementara laki-laki mengalami obesitas mencapai 22% ., James P (2009).
Lancet
(2004) dalam Appropriate bodymass index for Asian population and its implication for
policy and intervention strategis melaporkan WHO merekomendasikan Body Mass
Index (BMI) untuk menentukan kelebihan berat badan dalam populasi Asia memiliki
asosiasi yang berbeda antara BMI persen dari berat badan dan resiko kesehatan
dibandingkan dengan di Eropa. Prevalensi obesitas meningkat di setiap negara,
sebagai contoh, di Amerika Serikat prevalensi meningkat dari 12% pada tahun
2000 menjadi 17,8% pada tahun 2004.
Penelitian Himpunan Studi Obesitas
Indonesia (HISOBI) mendapatkan angka prevalensi obesitas pada wanita (11,02%)
lebih besar daripada pria (9,16%). Obesitas meningkat di setiap negara, pada
setiap jenis kelamin, dan pada semua kelompok usia, ras, dan tingkat
pendidikan.
Di
Indonesia prevalensi obesitas menunjukkan angka yang mengkhawatirkan.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2007, prevalensi
nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri
dari laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8%. Prevalensi obesitas sentral tertinggi
terdapat di Sulawesi Utara, Gorontalo, dan DKI Jakarta yaitu berturut-turut
31,5%, 29%, dan 27,9% (Balitbangkes Depkes 2008). Di rumah Sakit Salewangan Kabupaten
Maros pada bulan Juni – Desember 2011 terdapat 828 jumlah persalinan akan
tetapi data tentang jumlah obesitas pada ibu postpartum belum bisa didapatkan.
WHO
melansir persentase kegemukan di Indonesia pada tahun 2010 tercatat 32,9% atau
sekitar 78,2 juta penduduk dengan kondisi kegemukan. Persentase ini menjadi
lebih besar dibandingkan dengan data WHO pada tahun 2008 yang 9,4%. Dengan
peningkatan jumlah penduduk yang mengalami obesitas ini ikut mendorong
peningkatan faktor resiko penyakit kronis.
Penelitian
tentang dampak berat badan ibu postpartum terhadap obesitas di Indonesia belum
banyak dilaporkan, namun adanya kelebihan berat badan yang menetap pada ibu
postpartum dapat berakhir dengan kematian ibu. Berdasarkan profil kesehatan
RI., (2011) memperlihatkan angka kematian maternal di Indonesia sebesar 240 per
100.000 kelahiran hidup.
Masalah
kelebihan berat badan menjadi perhatian karena dapat menimbulkan rasa tidak
percaya diri pada ibu juga dapat menjadi penyebab timbulnya resiko penyakit
seperti resiko diabetes, kardivaskuler, hipertensi obesitas, gangguan
pencernaan dan dapat menganggu produktivitas kerja untuk itu diperlukan
pemantauan secara berkesinambungan melalui mempertahankan berat badan ideal
atau berat badan normal setelah melahirkan.
Dari
hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada
wanita lebih besar (11,2%), daripada
pria, di Amerika (17,8%), Cina 14,4%, Inggris (23,9%) Indonesia (32,9%),
termasuk juga obesitas sebagai akibat dari ibu yang memiliki berat badan yang
menetap setelah melahirkan yang akhirnya dapat memicu munculnya
penyakit-penyakit kronis yang dapat meningkatkan kematian pada ibu.
Menurut
Ellen Althuizen, Mirelle NM, Jeanne H de Vires (2011), pada saat kehamilan
sampai satu tahun setelah melahirkan berat badan ibu dapat bertambah rata-rata
0,5 kg- 5 kg. Pada sekitar 12 – 25% berat badannya dapat menetap sampai 5 kg
atau lebih setelah melahirkan, hal inilah yang menyebakan terjadinya obesitas
pada ibu postpartum.
Dari
uraian tersebut diatas telah diidentifikasi berbagai hal yang dapat
mengakibatkan menetapnya berat badan pada ibu postpartum yang dapat
mengakibatkan terjadinya obesitas melalui textbook maupun jurnal sebagai
berikut :
Ellen
Althuizen, Mireille NM van Poppel, dan Jeanne H de Vries (2011) dalam
penelitiannya Postpartum behaviour as
predictor of weight change from before pregnancy to one year postpartum
melaporkan bahwa kondisi kelebihan berat badan yang menetap pada ibu postpartum
berhubungan dengan prilaku ibu setelah melahirkan, seperti kurangnya aktifitas
fisik antara lain jam tidur yang bertambah, asupan makanan yang berlebih,
sehingga energy yang masuk dengan yang keluar tidak seimbang hal ini
menyebabkan pertambahan berat badan ibu saat kehamilan menjadi sulit untuk
kembali ke berat badan semula.
Huang, Tzu Ting, Fong Tai (2008),
dalam penelitiannya Weight retention
Predictors for Taiwanise Women at six month postpartum, melaporkan bahwa
kondisi kelebihan berat badan meningkat antar 18,27% sebelum hamil menjadi
27,57% pada 6 bulan setelah kelahiran bayi. Identifikasi studi ini mencakup
peningkatan berat badan gestational (GWG), gambaran kepuasan badan yang dirasa,
dan berat badan sebelum melahirkan menjelaskan 34,5% mengalami penurunan berat
badan post partum dengan mengenali faktor-faktor penentu untuk kebutuhan akan
intervensi manajemen berat badan selama kehamilan sampai 6 bulan postpartum
sehingga dapat mengurangi kelebihan berat dan timbulnya penyakit akibat
kelebihan berat badan.
Dari
hasil penelitian Rinedla Patmawati (2011)
mendapatkan bahwa ibu yang menyusui penuh anaknya akan mengalami retensi
berat badan yang lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang menyusui anaknya
secara parsial, disamping itu adanya retensi berat badan bagi ibu postpartum
juga dipengaruhi oleh aktifitas fisik, kenaikan berat badan saat hamil dan
asupan makanan. Menyusui dapat mengurangi retensi berat badan postpartum
sebesar 2,57 kg. Menyusui setelah dikontrol asupan makanan, kenaikan berat
badan saat hamil, dan aktifitas fisik menunjukkan hubungan yang bermakna dan
dapat mengurangi retensi berat badan postpartum sebesar 2,26 (p = 0,000).
Bakat kelebihan berat badan menurut
penelitian Walker, Sterling, Timmerman (2008), dalam penelitian Retension of pregnancy related weigth in the
early post partum priode: Implication for women’s health services, melaporkan
bahwa dengan menguji proporsi berat badan ibu postpartum didapat hasil ibu akan
mempertahankan berat badan 3-7 kg dari kenaikan berat badan selama kehamilan
dalam 6 minggu pertama postpartum.
Pertambahan berat badan gestasional sangat signifikan dimana ibu yang
peka terhadap kelebihan berat badan dan pertambahan berat badan sangat memerlukan
pelayanan kesehatan untuk membantu mengurangi berat badannya setelah 6 minggu
postpartum.
Pola
makan yang tidak tidak tepat saat kehamilan dan setelah melahirkan dapat
menimbulkan masalah overweightI dan
obesitas bagi ibu postpartum. Wanita di Amerika Serikat memiliki pola makan
yang lebih baik dibandingkan dengan wanita Asia, golongan kulit putih mampu
menurunkan berat badannya setelah melahirkan dengan lebih baik dibandingkan
golongan kulit hitam, dari hasil penelitian 20% wanita postpartum mengalami
penurunan berat badan 5 kg atau lebih, diperoleh hasil yang sama untuk negara
Amerika Serikat dan Eropa bahwa antara 13% dan 20% dengan penurunan berat badan
sampai 5 kg atau lebih, hal ini dipengaruhi karena adanya perbedaan budaya
diantara mereka (Barbara Abrams, 2005).
Penelitian
Grace Carol (2010), menjelaskan bahwa penurunan berat badan ibu postpartum ≥ 5
kg sebanyak 43%, dimana pemberian ASI ekslusif dan istirahat berhubungan dengan
penurunan berat badan ibu postpartum, dengan p-value 0,000 dengan OR 28,244.